KAJEN – Pemkab Pekalongan menargetkan prevalensi stunting turun menjadi 8 persen pada tahun 2023. Saat ini, angka stunting di Kabupaten Pekalongan sebesar 11,08 persen.
Demikian disampaikan Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak dan Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (P3A PPKB), dokter Eko Wigiantoro, M.Kes dalam sambutan pada Pembukaan Sosialisasi Gotong-royong Cegah Stunting (Gong Ceting) di Kabupaten Pekalongan yang diselenggarakan di Aula Lantai 3 Setda Kabupaten Pekalongan, Rabu (26/10).
“Pada tahun 2021, stunting di Kabupaten Pekalongan 13,48 persen. Alhamdulillah saat sekarang, sebagaimana laporan dari Dinkes, turun menjadi 11,08 Persen. Angka di bawah rata-rata Jawa Tengah yang angkanya 20,5 Persen. Apalagi kalau target Nasional 2024 14%, kita sudah lulus lah. Namun demikian, kita tidak boleh berleha-leha,” ungkap dokter Eko.
Oleh karena itu,menurutnya, pemkab perlu terus berupaya keras untuk menurunkan prevalensi stunting untuk mencapai target 1 digit. “Karena target Ibu Bupati, tahun 2023 diturunkan lagi 3 persen. Jadi kalau sekarang 11, turun 3 persen, jadi sekitar 8 persen. Nah itu yang kita kejar, oleh karena itu, kita bersemangat,” ujarnya.
Pemkab Pekalongan memiliki 39 desa lokus stunting. “Sepuluh lokus sudah dirampungkan Unsoed, yang 29 nya kita akan replikasi. Kita, Dinkes dan OPD terkait lainnya bisa bekerja sama agar target penurunan 3 persen di 2023 bisa tercapai,” ucap dia. .
Sebelumnya, Ketua Jurusan Ilmu Gizi FIKes Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed), Indah Nuraeni, S.TP, M.Sc dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan Gong Ceting yang dijalankan pada tahun 2022 ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan se-Jawa Tengah dengan melibatkan 14 Pemkab dan 16 perguruan tinggi di Jateng yang idukung BKKBN dan Kemendikbud Ristek.
“Kegiatan bertujuan meningkatkan peran perguruan tinggi dalam berkolaborasi dengan pemda, khususnya Pemkab Pekalongan sebagai upaya membantu percepatan penurunan prevalensi stunting,” ujarnya.
Menurutnya, stunting merupakan permasalahan bersama yang perlu melibatkan berbagai sektor. “Kami dari Perguruan Tinggi, dari Unsoed, Fakultas Ilmu Kesehatan, menyatakan siap berkolaborasi dengan Pemkab Pekalongan dan masyarakat, untuk menanggulangi permasalahan stunting di Kabupaten Pekalongan, khususnya di sepuluh desa terpilih yang menjadi lokus stunting,” imbuhnya.
Pihaknya berharap, Kegiatan Gong Ceting bisa menjadi salah satu upaya bersama yang akan dilakukan dan sukseskan bersama-sama dengan pemkab, masyarakat desa, stakeholder terkait dan pendamping dari perguruan tinggi.
Kegiatan Gong Ceting terdiri dari Pelatihan peningkatan ketrampilan TPK dalam pendataan dan identifikasi risiko stunting, pendampingan pendataan lapangan oleh mahasiswa, analisis data, dan audit kasus stunting, pelatihan pendampingan ibu dasawisma terhadap ibu hamil dan ibu menyusui, pendampingan oleh mahasiswa dan kader kesehatan terhadap ibu hamil dan menyusui, program e-KIE (e-Komunikasi Informasi dan Edukasi) pada keluarga berisiko stunting menggunakan hasil inovasi media dari perguruan tinggi dan mitra, pendampingan pengelolaan program DASHAT (Dapur Sehat Atasi Stunting), pengembangan produk pangan lokal, edukasi dan pendampingan rumah pangan lestari, serta Kampanye Gong Ceting.
Dalam kegiatan hari itu juga dilakukan pemaparan Analisis Situasi Stunting di Kabupaten Pekalongan oleh Sekretaris Dinas P3APPKB, dokter Budi Darmoyo serta Sosialisasi Kegiatan Gong Ceting oleh Erna Kusumawati S.KM M.Kes dari Jurusan Ilmi Gizi FI Kes Unsoed. Kegiatan dihadiri 125 undangan yang terdiri dari Kepala OPD terkait di lingkungan Pemkab Pekalongan, para Jurusan Ilmu Gizi Unsoed, camat dan 10 kepala desa lokus stunting terpilih, para penyuluh KB, para tim pendamping keluarga, Ketua Tim Penggerak PKK Desa, Ketua Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA).